
Empat korban tewas merupakan pelaku pengeroyokan seorang anggota Kopassus bernama Heru Santosa hingga tewas di Hugo’s CafĂ© beberapa hari sebelumnya.
Latar Belakang
Pada Selasa, 19 Maret 2013, pukul 02.30 terjadi pengeroyokan yang dilakukan oleh beberapa orang terhadap seorang sersan satu Kopassus Kandang Menjangan Kartasura bernama Heru Santosa di tempat hiburan Hugo's Cafe di Jalan Adisucipto, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Heru Santosa tewas dalam pengeroyokan tersebut.
Keributan itu sendiri terjadi antara salah seorang pelaku dengan teman-temannya tak lama setelah Heru beserta rekan rekannya sesama anggota Kopassus bernama Alen tiba di tempat hiburan tersebut sekitar pukul 02.20 WIB. Awalnya, Heru beserta rekannya didatangi oleh seseorang bernama Diki bersama sekitar tujuh temannya. Mereka bertanya asal daerah korban. Heru menjawab bahwa dirinya adalah anggota Kopassus. Setelah itu, tiba-tiba terjadi keributan antara Heru dengan kelompok Diki.
Perkelahian awalnya terjadi di halaman cafe, namun karena tak kunjung selesai, keributan kembali terjadi di dalam kafe. Beberapa orang sempat berupaya melerai. Akan tetapi, Heru tetap dikeroyok dan tewas setelah ditikam dengan pecahan botol di bagian dadanya. Setelah Heru terkapar, para pelaku segera melarikan diri. Dalam kondisi luka parah, Heru dilarikan ke Rumah Sakit Bethesda, namun meninggal dalam perjalanan. Jenazah korban lalu diterbangkan ke kampung halamannya di Palembang.
Empat pelaku pengeroyokan berhasil ditangkap oleh kepolisian. Sebagian pelaku ditangkap di sebuah asrama di kawasan Lempuyangan, Yogyakarta, yang sering dijadikan tempat mangkal kelompok tersebut. Para pelaku awalnya ditahan di Mapolda DIY sebelum kemudian dipindahhkan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan pada Jumat 22 Maret 2013 siang dengan alasan sel di Mapolda DIY sedang direnovasi.
Penembakan
Pada Sabtu 23 Maret 2013, sekitar pukul 01.30 WIB, satu kelompok yang terdiri atas sekitar 17 orang tak dikenal mendatangi Lapas Cebongan. Mereka berhasil masuk setelah mengancam petugas lapas dengan senjata api. Pelaku juga melakukan tembakan ke udara agar sipir dan napi yang lain tiarap. Mereka lalu meminta sipir menunjukkan sel di mana terdapat tahanan yang terlibat kasus penganiayaan anggota Koppasus hingga tewas di Hugo's Cafe. Mereka juga meminta sipir memberikan kunci sel tempat para tersangka ditahan. Dalam prosesnya, mereka sempat melukai sipir, dan melakukan ancaman dengan menunjukkan granat. Akhirnya sipir memberitahu bahwa para tahanan tersebut ditempatkan di sel 5A serta memberikan kunci selnya. Setelah memperoleh informasi tersebut, kelompok itu kemudian pergi menuju sel para tersangka.
Dalam prosesnya, ketika mereka semakin mendekati sasaran, jumlah pelaku yang ikut serta semakin sedikit. Dari 17 orang yang melakukan penyerangan, hanya satu orang yang melakukan penembakan. Begitu tiba di sel 5A, mereka menyuruh para tahanan yang berada di sana untuk berkumpul. Kemudian salah seorang pelaku bertanya di mana kelompok Diki. Ia berkata, "Yang bukan kelompok Diki, minggir!". Sempat ada tahanan yang berkata bahwa Diki tidak ada, namun pelaku mengancam bahwa mereka akan menembak semua tahanan itu jika tidak diberitahu. Akhirnya para tahanan memisahkan diri hingga tersisa tiga orang. Mereka disuruh untuk berkumpul, kemudian langsung ditembak hingga tewas. Setelah itu, pelaku menembak satu orang tahanan lagi.
Setelah menembak mati para tahanan, para penembak memaksa sebanyak 31 tahanan di sel tersebut yang menyaksikan eksekusi itu untuk bertepuk tangan. Begitu selesai, para pelaku pun pergi meninggalkan sel. Untuk menghilangkan barang bukti, mereka merusak kamera CCTV dan mengambil rekaman CCTV lapas.
Penyerangan berlangsung selama kurang lebih 15 menit, sementara penembakannya berlangsung selama 5 menit. Salah satu saksi melaporkan bahwa, selama peristiwa berlangsung, ada seorang pelaku yang terus-menerus melihat jam di tangannya.
Korban
Korban yang tewas dalam pristiwa penembakan ini adalah:
Hendrik Benyamin Angel Sahetapi alias Diki Ambon, 31 tahun. Diki merupakan seorang karyawan swasta namun dikenal pula sebagai seorang preman. Ia pernah ditangkap Polresta Yogyakarta dalam kasus pembunuhan mahasiswa tahun 2002 dan pemerkosaan tahun 2007. Diki pernah bergabung dengan ormas pimpinan Hercules, namun kemudian mundur dan tidak aktif lagi. Ia juga menjadi tenaga keamanan di Hugo's Cafe yang terletak depan halaman Hotel Sheraton Mustika di Jl Solo Km 10 Maguwoharjo, Sleman.
Adrianus Candra Galaja alais Dedi, 33 tahun
Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi, 29 tahun
Yohanes Juan Manbait alias Juan, 38 tahun. Yohanes adalah seorang anggota Polresta Yogyakarta yang pernah terlibat kasus sabu-sabu. Akibat kasus itu, ia dipecat dari kepolisian. Ia juga divonis hukuman 2,8 tahun dan perawatan di RS Grhasia khusus narkoba. Ketika mengeroyok Heru, Juan sedang menjalani masa bebas bersyarat.
Keempat korban berasal dari Nusa Tenggara Timur, dengan rincian tiga orang berasal dari Kupang dan satu orang berasal dari Flores.
Pelaku
Menurut Ketua Komnas HAM Siti Noor Laila, para pelaku penembakan adalah orang-orang yang sangat terlatih dan profesional. Siti mengungkapkan bahwa, berdasarkan keterangan para saksi, masing-masing pelaku membawa senjata laras panjang dan pistol di kiri dan kanan pinggang, serta memakai rompi, yang diduga antipeluru, dan zebo (penutup muka) yang seragam. Mereka juga membawa granat.Sementara pakaian yang dikenakan tidak seragam. Ada yang memaki kemeja lengan pendek maupun panjang. Celana yang dikenakan juga bukan seragam. Para pelaku disebutkan memiliki postur yang tegap dan tinggi badannya hampir sama. Siti mengatakan bahwa mereka "bergerak dengan singkat, cepat, terencana."
Pada 4 April 2013, tim investigasi bentukan internal TNI yang diketuai oleh Wadan Puspomad Brigjen Unggul K. Yudhoyono mengumumkan bahwa pelaku penembakan Cebongan adalah 12 anggota Kopassus grup 2 Kandang Menjangan, Kartasura. Aksi tersebut dilakukan karena dilatarbelakangi utang budi sang eksekutor, Serda Ucok terhadap Serka Heru Santoso yang tewas di Hugo's Cafe yang juga merupakan mantan atasannya. Para pelaku yang sedang latihan di Gunung Lawu mendapat kabar bahwa salah satu anggota Kopassus dibunuh. Kemudian mereka turun gunung menuju LP dan terjadilah penyerangan. Senjata yang digunakan mereka untuk melakukan penembakan bukan berasal dari gudang senjata melainkan senjata yang diambil seusai latihan.Kepala Penerangan Daerah Militer (Kapendam) IV/Diponegoro, Kolonel inf Widodo Raharjo mengatakan dalam lanjutan penyidikan, pihaknya menetapkan kembali satu tersangka. Ia bernama Serka S.
"Totalnya 12 tersangka, ada 4 berkas, tapi masing - masing perannya saya tidak hafal," ungkapnya Selasa (21/5/2013) di Markas Denpom IV/5 Semarang, Jalan Pemuda, Kota Semarang.
Dari masing – masing berkas itu diketahui nama – nama tersangka penyerang Lapas Cebongan adalah; Serda Ucok Tigor Tampubolon, Serda Sugeng Sumaryanto, Koptu Kodik. Mereka berkas pertama.
Tersangka di berkas ke dua masing – masing; Sertu Tri Juwanto, Sertu Anjar Rahmanto, Sertu Mathius Roberto Pulus Banani, Sertu Suprapto, Sertu Hermawan Siswoyo.
Pada berkas ke tiga hanya ada satu tersangka yakni Serda Ikhmawan Suprapto.
Sementara pada berkas ke empat ada tiga tersangka, masing – masing; Serma Rokhmadi, Serma Muhamad Zaenuri, dan Serka Sutar
Petugas juga mengamankan barang bukti. Masing-masing; 3 pucuk senjata api AK 47, 2 replika AK 47, 1 replika pistol, dan 2 mobil minibus; Suzuki APV warna hitam AA 9943 AA dan Toyota Avanza warna biru tua B 8446 XJ.

Kemunculan Idjon Djanbi


Sebuah tulisan yang menguraikan insiden penyerangan LP Cebongan muncul di Facebook dan menyebar luas melalui media sosial. Tulisan yang menggunakan akun Idjon Djanbi itu menguraikan apa yang disebutnya sebagai fakta, bukti, dan urutan kejadian kasus penyerangan empat tahanan LP Cebongan, Sleman, yang terjadi pada Sabtu, 23 Maret 2013.
Dalam tulisan berjudul Penyerangan LP Sleman adalah Aparat Kepolisian, penulis dengan akun Idjon Djanbi menyatakan bahwa kasus LP Sleman sebenarnya adalah kasus perseteruan antarbandar narkoba yang melibatkan dua kelompok di kepolisian.
Belum diketahui siapa orang di balik akun Idjon Djanbi. Yang jelas, Idjon Djambi bukanlah nama asing di kalangan Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Dia adalah komandan pertama pasukan elite TNI AD.
Dinukil dari buku Pengabdian Korps Baret Merah Abad XX yang diterbitkan Kopassus pada tahun 2000, disebutkan Mayor (Inf) Idjon Djanbi adalah komandan pertama Kesatuan Komando Tentara dan Teritorium III (Kesko TT III) pada 1952-1956. Kesko TT III adalah nama Kopassus saat itu. Kesatuan ini digagas beberapa tahun sebelumnya oleh Panglima TT III Kolonel (Inf) Alex Kawilarang, dan Letnan Kolonel (Inf) Slamet Riyadi.
Dalam perkembangannya, nama pasukan khusus TNI AD memang pernah berganti beberapa kali. Sebelum disebut Kopassus, kesatuan elite ini pernah juga bernama Korps Komando Angkatan Darat (KKAD), Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD), Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Resimen Para Komando Angkatan Darat (Menparkoad), Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD), Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandda), dan Kopassus.
Idjon Djanbi adalah seorang bekas anggota tentara kerajaan Hindia-Belanda atau Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) yang memilih menjadi warga negara Indonesia. Dia lahir di Kanada sekitar 1915 dan mempunyai nama asli Rokus Bernardus Visser. Setelah berganti kewarganegaraan, dia menggunakan nama Mochammad Idjon Djanbi.
berikut adalah beberapa catatan milik Idjon Djanbi yang terkait dengan kasus ini yang saya ambil dari akun FB Idjon Janbi :
SKETSA PELAKU PENYERANGAN LP SLEMAN OLEH TEMPO DAN KEPOLISIAN

POLRI TELAH MENGELUARKAN SKETSA PELAKU PENYERANGAN LP SLEMAN
CIRI-CIRINYA SAMA DENGAN SENJATA DAN SERAGAM BRIMOB
1. Pewarawakan : Berbadan Tegap dengan tinggi rata-rata hampir sama “Tidak ada yang berperut Gendut” Kata Kepala Lapas.
‘1> Sangat terlihat diberita Tempo ini menuduh tapi malah membuka aib sendiri, ya jelas lah, mana ada Kopassus Gendut, kata-kata “Tidak ada yang berperut gendut” adalah Kata –kata pesanan, hal ini tidak baik bagi kepolisian, karena Polisi bisa dikategorikan semuanya Gendut, Mulai dari Perut Gendut, Rekening Gendut, Kantong Gendut, Operasi Gendut dan gendut lainnya seperti Babi Gendut. Sampaikan apa adanya saja, tidak usah membentuk Opini Publik.
2. Memakai Penutup wajah dengan kedua mata saja yang terlihat.
2> Kalau ini betul, yang sering menggunakan penutup wajah dan hanya mata saja yang terlihat adalah Densus-88
3. Menggunakan Senapan AK-47
3> Aaparat yang menggunakan senjata AK di negeri ini hanyalah Polri
4. Memakai Rompi Hitam Anti Peluru
3> Yang menggunakan Rompi Hitam Anti Peluru adalah Polri, jika dilihat dari Gambar itu adalah Rompi Hitam Anti peluru yang sering digunakan oleh Densus-88, didesign oleh Kol. Green mantan Delta Forces Amerika. Densus pasti kenal dengan Laki –laki amerika ini.
5. Menggunakan Granat.
5> Menurut saya, Granat ini hanya mengada-ada, jika anda banyangkan, bagaimana mungkin pasukan manapun, memanjat Pagar sambil mengantung Granat di Pinggang atau Rompi, kecuali pasukan itu Bodoh, densus Bodoh ya... sangat tidak mungkin. Yang benar adalah membawa Bahan peledak efisien, yaitu C-4 yang punya hanya Densus-88, jika Granat meledak, Radius 50 meter akan terkena pecahan Granat. Jadi yang dibawa bukanlah Granat tapi Bahan Peledak.
6. Menggunakan Pistol dan Holster.
6> Dari bentuklnya, sangat jelas Holster tersebut digunakan Brimob dan Densus-88, sedangkan Holsternya Buatan Israel.
7. Ditemukan 31 Selongsong dan 20 butir Proyektil kaliber 7,62 mm
7> Saya ingin mengajarkan Polisi-polisi bodoh dan wartawan serta media yang dibodohi oleh Polisi. Jika dia kaliber kecil namanya PELOR, gampang sekali menyebut Proyektil, sedangkan Proyektil adalah untuk munisi kaliber besar, orang ahli senjata biasa menyebutnya Fuze, jika dia masuk ke Senjata Lintas Lengkung namanya Fuze, jika masuk ke Roket dan Rudal Namanya Hulu Ledak, Mau aja dibodohi Polisi, Tanya sama Ahlinya.
Jika di TKP ada 31 Selongsong, seharusnya ada 31 Pelor, kemana sisanya ? dan terlihat waktu ditunjukkan pelornya masih utuh, bentuknya sama seperti baru dibuka dari Kotak dan dicabut pelornya. Seharusnya, jika ditembakkan, pelor tersebut bentuknya sudah tidak beraturan apalagi mengenai tembok, atau mungkin tembok LP Sleman terbuat dari Keju Spanyol ?
8. Penyerangan dilakukan terencana, Taktis dan hanya butuh waktu 15 menit, ada yang bertindak sebagai eksekutor, penjemput Keamanan Lapas, Time Keeper Pengawas situasi sekitar dan ada yang bertugas menghilangkan Barang bukti seperti mengambil CCTV
8> Terencana, Taktis, tapi dibutuhkan waktu 15 menit, Jika Kopassus melakukan demikian, Kopassus hanya butuh waktu 3 menit untuk melakukan penyerangan atau serbuan gedung seperti LP Sleman, itu terlalu lama buat Kopassus. Yang membutuhkan waktu lama biasanya aparat-aparat Karbitan seperti di Mojosongo.
Jika ada yang bertindak sebagai eksekutor, trus siapa yang bertindak sebagai penyiksa ? karena Bripka Juan dan Adi sebelum ditembak mereka disiksa terlebih dahulu.
Penjemput Keamanan Lapas. Pola ini adalah Pola yang selalu dilakukan oleh Polisi, apabila menagkap Buronan atau tersangka, Lapor RT, Kepala Desa ddl
Time Keper, Kopassus dalam melakukan serangan tidak beraturan, tidak membutuhkan Time Keper, biasanya yang melakukan hal demikian adalah satuan amatir seperti Poliri yang sedang Latihan.
Yang atahu letak dan Tempat CCTV, pastilah orang yang sering berhubungan dengan Lapas, dan yang sering berhubungan dengan Lapas adalah aparat Kepolisian.
9. Bersepatu Kets hitam, ada juga yang memakai sepatu Standar , Pakai dinas lengkap Panjang (PDL) / Sepatu Lars Hitam
9> Yang sering melaksanakan tugas menggunakan sepetu Kets adalah Densus-88
Yang menggunakan seragam Hitam seperti di Gambar adalah Brimob
Yang menggunakan sepetu Lars Hitam tidak hanya TNI, Satpam hingga Tukang kebun menggunakan Sepatu Lars Hitam, siapa yang mau adatang saja ke Pasar Senin Jakarta.
TERIMA KASIH KEPADA TEMPO DAN WARTAWANNYA YANG TELAH MENERBITKAN SKETSA PELAKU PENYERANGAN DI LP SLEMAN
TINGGAL APARAT YANG BERWENANG MENGUNGKAP DAN MENANGKAP PELAKUNYA
JIKA INGIN MEMBONGKAR KASUS INI, TANGKAP KAPOLDA YOGYAKARTA, KAPOLRESTA YOGYAKARTA DAN KALAPAS SLEMAN, KARENA MEREKA TELAH BERSEKONGKOL DAN BERMUFAKAT JAHAT MENGHILANGKAN NYAWA DAN BARANG BUKTI PEMBUNUHAN DAN KARTEL NARKOBA
Latar Belakang Pembunuhan Serka Heru Santoso di Hugos Kafe

Saya kira terkait apa yang terjadi di Hugs Kafe publik sudah dapat mengetahuinya secara pasti melalui pemberitaan media yang secara kontinyu selalu di wartakan oleh sejumlah media baik televisi maupun elektronik. Akan tetapi masih banyak diantara kita yang masih bertanya “Kenapa sih kok ada anggota TNI (Kopassus) bisa berada di dalam lokasi hiburan malam yang seharusnya itu terlarang bagi mereka?”
Terkait pertanyaan yang kerap muncul di berbagai tanggapan media elektronik dan jejaring sosial, saya selaku orang yang suka mengotak atik gatuk dan mencari sambungan berbagai benang merah yang tercecer ingin membantu menyampaikan kepada publik tentang peristiwa apa yang terjadi sebenarnya di Hugos Kafe dari sudut pandang orang awam.
Sedikit mengingatkan, bagi warga Yogya khususnya yang tinggal di sekitar Sleman pasti masih ingat tentang kejadian penyerangan yang dilakukan oleh kelompok Decky Cs dan Marcel Cs terhadap masyarakat setempat sekitar bulan Mei tahun 2012 dimana tidak sedikit rumah - rumah warga Sleman hancur dan rusak berat. Kemudian sekitar bulan Juli tahun 2012 kelompok Marcel Cs melakukan penyerangan terhadap dua angota TNI bernama Praka Rsiwanto dan Serma Junaidi anggota Denhub Rem 072/PMK. Bulan Desember 2012, kelompok Decky Cs dan Marcel Cs membuat keributan dan menyerang kelompok preman lainnya An. Sdr. Heri sotong di wilayah karangkajen Kec. Mergangsan Yogyakarta.
Sebenarnya bila saya terus menuliskan seluruh kejahatan kelompok - kelompok preman yang menguasai Yogya dari tahun ke tahun bisa membuat halaman Kompasiana ini penuh dengan coretan premanisme. Jadi sengaja saya cuplik 3 peristiwa saja untuk mewakili seluruh rangkaian peristiwa premanisme yang terjadi di yogya.
Serka Heru Santoso gugur dalam penugasan
Melihat tidak sedikit adanya aksi - aksi premanisme yang terjadi di kota yogya yang diantaranya bahkan tidak segan - segan menjadikan aparat (TNI) sebagai sasaran mereka maka dalam hal ini pihak TNI dengan memaksimalkan peran kewilayahannya melakukan pemetaan terhadap potensi ancaman termasuk meminta bantuan dari beberapa personil TNI dari satuan lain. Berkaitan dengan itu juga, kebetulan pada tanggal 23 Maret 2013 Presiden SBY akan datang mengunjungi yogya dan menginap di Hotel Sheraton. Maka dari itu seperti protokol biasa pihak yang kedatangan kunjungan akan melakukan persiapan dan menscreening (pembersihan) di beberapa titik lokasi rawan diantaranya adalah menscreening Hugos Kafe karena bersebelahan tepat dengan Hotel Sheraton tempat Presiden SBY menginap.
Serka Heru Santoso adalah salah satu anggota Denintel Kodam IV/Diponegoro mendapat tugas untuk melakukan pengecekan wilayah dan mencari informasi terkait adanya potensi ancaman di sekitar Hotel Sheraton. Setelah selesai berkeliling melakukan pengecekan di tempat lain kemudian Serka Heru Santoso menuju Hugos Kafe untuk melakukan penggambaran didalamnya. Namun di luar dugaan, Serka Heru Santoso tanpa sengaja berseggolan dengan salah satu anak buah Decky Cs sehingga terjadi percekcokan di Hugos Kafe. Untuk menghindari adanya clash yang lebih tajam Serka Heru Santoso kemudian menyebutkan dirinya adalah anggota Kopassus dengan harapan terjadi saling pengertian. Namun ternyata hal ini justru ditanggapi keras oleh salah satu anak buah Decky Cs dengan mengatai bahwa Kopassus adalah kandang babi (bukan kandang menjangan) serta menantang perang sekaligus melontarkan pukulan ke muka Serka Heru Santoso.
Melihat situasi dimana Serka Heru Santoso dalam kondisi tidak seimbang karena di keroyok lebih dari 8 orang maka Serka Heru Santoso memutuskan untuk mundur. Akan tetapi kelompok Decky Cs ini masih tetap berusaha menarik tangan Serka Heru Santoso agar tetap berada di dalam dan bisa di habisi. Beberapa saksi mengatakan bahwa salah satu diantara mereka ada yang membawa sebilah belati lalu menusukkannya ke tubuh Serka Heru Santoso, selain itu mereka juga berebut memukuli kepala Serka Heru Santoso menggunakan tangan, gelas tebal hingga botol minuman hingga terkapar. Tidak cukup disitu saja, Decky datang paling terakhir kemudian ikut menganiaya Serka Heru Santoso yang sudah terkapar di lantai bersimbah darah. Salah satu orang menyeret tubuh Serka Heru Santoso yang sudah dalam kondisi kritis dan sekarat melalui lorong menuju pintu keluar. Dan selama tubuh Serka Heru Santoso diseret dengan keras menuju pintu keluar, kelompok Decky Cs ini masih terus melakukan penganiayaan demi penganiayaan dan semua peristiwa ini terekam didalam kamera CCTV yang terletak di beberapa titik bagian dalam Hugos Kafe.
Saat ini posisi terakhir seluruh kamera CCTV berada di tangan kepolisian yogya dan tidak pernah ditampilkan kepersidangan dengan alasan - alasan tertentu. Tersiar kabar, bahwa ada upaya penutupan kasus oleh pihak Polda DIY agar masalah Hugos Kafe tidak di perpanjang penyelidikannya karena khawatir akan membongkar beberapa oknum - oknum kepolisian dengan seragam lengkap (bersenjata) yang pada saat kejadian berada di lokasi namun tidak melakukan tindakan sama sekali selama penganiayaan demi penganiayaan dilakukan kelompok Decky Cs kepada Serka Heru Santoso hingga gugur dalam tugas.
Nah, demikian tulisan yang bisa saya sajikan agar dapat menjadi perhatian bagi kita semua. Tulisan ini disusun atas bantuan sahabat - sahabat saya yang kebetulan salah satunya adalah jama’ah al - hugosiah sehingga lebih banyak tahu tentang seluk beluk Hugos Kafe termasuk saat terjadi malam pembunuhan Serka Heru Santoso. Selain itu beberapa juga ada yang saya ambil dari keterangan saksi saat berada di pengadilan Militer II-11 Yogyakarta ketika menjalani proses kesaksian untuk 12 prajurit Kopassus ditambah dengan pemberitaan media yang bertebaran dimana – mana.

dan berikut saya sertakan link rekaman video CCTV yang di unggah di Youtube oleh pemilik akun putra karya : youtube
dan berikut beberapa screen shotnya :
sumber:
wikipedia,sindonews,tempo,Idjon Djanbi